Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Qanaah


Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Qanaah
1. Pengertian dan Contoh Qanaah
Qanaah merupakan sikap rela menerima atau merasa cukup dengan
apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa
kekurangan yang berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan
seseorang berupa sikap rela menerima keputusan Allah Swt. yang berlaku
bagi dirinya. Sikap ini muncul bukan dari sikap pasif menunggu tanpa
berbuat yang terbaik. Sikap ini muncul dari keyakinan yang kuat kepada
Allah Swt. setelah berusaha sebaik mungkin.
Orang yang memiliki sikap qanaah sadar bahwa untuk mencapai
suatu keinginan, harus dilakukan dengan usaha. Usaha yang dilakukan
pun bukan sekadar berusaha tanpa perencanaan dan kesungguhan.
Ketika hasil dari usaha tersebut belum sesuai dengan keinginan, orang
yang qanaah menerimanya dengan ikhlas, rida, dan lapang dada.
Misalnya, ketika menghadapi ulangan kalian telah belajar sungguhsungguh
dan berdoa serta bertawakal kepada Allah Swt. Akan tetapi,
hasil
ulangan tersebut tidak sesuai dengan keinginan. Kita harus
menerimanya
dengan ikhlas.
Sikap qanaah terkait erat dengan sikap syukur kepada Allah Swt.
Perbedaannya sikap qanaah lebih menekankan rasa rela menerima
ketentuan Allah swt, sementara syukur lebih menekankan rasa terima
kasih dan harapan kepada Allah Swt. Kedua sikap ini berjalan beriringan
dalam setiap kejadian. Misalnya dalam masalah rezeki.
Perbedaan dalam masalah rezeki menuntut setiap orang untuk melatih
sikap qanaah dan sekaligus syukur. Bagi mereka yang berlapang rezeki,
sikap qanaah ditunjukkan dengan hidup sederhana dan bersyukur
dengan cara berbagi karunia Allah Swt. kepada saudara yang masih
kekurangan. Bagi mereka yang bersempit rezeki, sikap qanaah muncul
dengan rasa rela menerima keadaan yang diberikan Allah Swt. dan
bersyukur dengan berusaha lebih keras lagi menyongsong karunia-Nya.
Contoh qanaah dapat ditemukan dalam uraian berikut. Arif hendak
mengikuti lomba badminton antarsekolah. Oleh karena itu, ia berlatih keras
dan tidak lupa memohon keberhasilan usahanya. Sewaktu pertandingan
berlangsung Arif berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan.
Dia mengeluarkan seluruh kemampuannya, tetapi apa daya dia harus kalah.
Kekalahan tersebut diterima dengan lapang dada dan ikhlas.
2. Berperilaku Qanaah dalam Keseharian
Perilaku qanaah harus diteladani kemudian diterapkan dalam
kehidupan. Qanaah merupakan perilaku terpuji yang membawa banyak
manfaat bagi kehidupan. Perilaku qanaah dapat diterapkan dengan
melakukan hal-hal berikut.
a. Bersyukur terhadap nikmat Allah Swt.
b. Berusaha sekuat tenaga untuk menggapai keinginan.
c. Menerima ketentuan Allah Swt. dengan ikhlas setelah usaha dilakukan
dengan maksimal.
d. Mengingat dan memikirkan nikmat yang dikaruniakan Allah Swt.
kepada kita.
Perilaku qanaah akan membawa kita mudah  meraih kesuksesan.
Orang yang qanaah bersikap wajar dalam menghadapi sesuatu, baik yang
menyenangkan maupun menyedihkan. Ia tidak mau larut dalam
kesedihan ataupun lalai dalam kegembiraan. Berperilaku qanaah dalam
keseharian perlu diterapkan pada saat mendapatkan rezeki, ditimpa
musibah, meraih prestasi, atau mendapatkan kegagalan.

Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Taat


Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Taat
1. Pengertian dan Contoh Taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta’at. Kata ini memiliki makna
mengikuti atau menuruti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan
menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain,
taat artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan
untuk dihindari. Contoh perilaku taat dapat ditemukan dalam uraian berikut. Zahra
duduk di kelas VII SMP Bina Mulia. Sebagai seorang muslim, Zahra menunaikan
salat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadan, dan puasa sunah. Tidak lupa
setiap hari Jumat Zahra memiliki agenda rutin yaitu bersedekah. Zahra
melakukannya dengan ikhlas tanpa menginginkan pujian dari teman atau orang
tuanya. Sikap yang ditunjukkan oleh Zahra termasuk kategori perilaku taat.
Zahra menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Perilaku Zahra
hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara
menerapkan perilaku taat dalam keseharian? Simaklah uraian berikut
untuk mengetahuinya.
2. Berperilaku Taat dalam Keseharian
Memiliki sifat taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya.
Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, ia akan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.
a. Ketaatan kepada Allah Swt.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi.
Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat
mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt.
menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah
makna keislaman kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah
Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara
menunjukkan ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, menunaikan
salat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
b. Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.
Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan
kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini karena apa pun yang
disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. merupakan
wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa
menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan
beliau. Sedikit saja beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera
mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini
Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan.
Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt.
menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam
ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati
Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian,
ketaatan kepada Rasulullah saw. merupakan prioritas yang sama
dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh
menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt.
sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt.
sebagai Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah
hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati
perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya berarti menaati rasulNya.
Hal ini karena perintah rasul berarti perintah Allah Swt.
c. Ketaatan kepada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian
ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di
negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu
disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka
tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala
hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan
kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai
taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma
yang berlaku hingga taat pada janji kita kepada teman.
Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat
tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah
Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah Swt.
dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan.
Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan
kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati,
dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas yang
guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.
Kita juga wajib menghormatinya, misalnya dengan berkata dan
bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat
ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya,
dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.

pengertian, artikel, dan contoh perilaku tawadu


Pengertian/Definisi, Artikel, dan Contoh Perilaku Tawadu
1. Pengertian dan Contoh Tawadu
Tawadu artinya sikap rendah hati. Sikap ini merupakan sikap
seseorang yang tidak ingin menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada
pada dirinya. Kebaikan yang dikaruniakan Allah Swt. kepadanya baik
berupa harta, kepandaian, kecantikan fisik, dan beragam karunia Allah
Swt. lainnya tidak membuat dirinya lupa. Orang yang bersikap tawadu
senantiasa ingat bahwa semua yang ada padanya adalah milik Allah
Swt. semata. Oleh karena itu, seorang yang tawadu tidak akan menghina
orang lain dengan apa pun yang diamanatkan Allah Swt. kepadanya.
Cara bicara orang yang tawadu
senantiasa lembut dan merendah
sekaligus memiliki rasa percaya diri
yang kuat. Ia selalu berusaha berbuat
yang terbaik tanpa ingin kebaikannya
diketahui orang lain. Ia lebih suka
menyampaikan kebaikan orang lain
meskipun kebaikannya jauh lebih
banyak. Tidak tersinggung apalagi
marah saat orang lain menyampaikan
keburukannya kepadanya. Istigfar
menghiasi bibirnya jika ada kritikan
kepadanya. Bukan sebagai pemanis
bibir, melainkan muncul dari hati
yang merasa lalai atau tidak berhatihati
sehingga ada salah yang tanpa sengaja ia lakukan.
Sikap di atas berbeda dari rasa rendah diri. Rasa rendah diri berasal
dari ketidakmampuan memandang dirinya dan orang lain dengan benar.
Ketidakmampuan itu menyebabkan orang yang rendah diri salah menilai
dirinya sebagai tidak baik, tidak mampu, tidak tampan atau cantik, atau
tidak pantas. Pada saat yang sama ia menilai orang lain sebagai sangat
baik, sangat pandai, lebih tampan atau cantik, dan lebih pantas untuk
sesuatu hal. Oleh karena itu, orang yang salah menilai diri cenderung
merasa minder, tidak mampu, dan tidak percaya diri. Selain berbeda dengan
rendah diri, sikap tawadu merupakan kebalikan dengan sikap sombong.
Sikap sombong muncul dari kesalahan menilai diri sebagai lebih baik,
lebih mampu, lebih kaya, atau rasa lebih lainnya. Orang yang sombong
merasa bahwa kelebihan yang ada padanya semata merupakan hasil kerja
yang ia lakukan. Ia tidak melihat kehadiran Allah Swt. dalam kehidupan-
nya. Dengan pandangan seperti itu, wajar jika orang yang sombong
senang membandingkan dirinya dengan orang lain. Saat ia melihat orang
lain lebih dari dirinya, ia merasa iri dan berbuat dengki. Sebaliknya, saat
ia menemukan orang yang ia rasa lebih rendah darinya, ia merasa tinggi
hati dan merendahkan orang lain. Sombong merupakan sikap tercela yang
harus kita jauhi. Selain mencela sikap sombong, Allah Swt. juga
memberikan anjuran kepada kita untuk bersikap tawadu.
 Kita dianjurkan untuk bertawadu dan menjauhi
sikap sombong, meskipun memiliki harta kekayaan, keturunan, atau
kedudukan yang tinggi (Husaini A. Majid Hasyim. 2005. Halaman 415).
Contoh perilaku tawadu dapat ditemukan dalam uraian berikut. Ahmad
seorang anak yang cerdas dan senantiasa menjadi juara kelas. Ahmad tidak
merasa sombong atau tinggi hati karena kecerdasannya. Ia senantiasa membantu
teman-temannya dengan belajar kelompok. Ia merasa bahwa kecerdasannya
merupakan karunia Allah Swt. yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Sikap Ahmad dikategorikan sebagai perilaku tawadu. Ia tidak merasa
sombong atas karunia kecerdasan. Justru ia merasa bahwa ilmu dan
kecerdasannya belum apa-apa dibanding ilmu Allah Swt. Oleh karena
itu, ia tidak tinggi hati dan memanfaatkan kecerdasannya untuk membantu
teman-temannya.
2. Berperilaku Tawadu dalam Keseharian
Sebagai sikap yang baik, sikap tawadu tentu juga membawa akibat
yang baik. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam salah satu
hadisnya yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang artinya, ”Barang siapa
bersikap tawadu karena mencari rida Allah Swt. Allah akan meninggikan
derajatnya. Ia akan menganggap dirinya tiada berharga namun dalam
pandangan orang lain ia sangat terhormat. Sebaliknya, barang siapa
menyombongkan diri, Allah akan menghinakan dirinya. Ia menganggap dirinya
terhormat padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina . . . .”
Tawadu merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tawadu akan muncul dengan membiasakan
perilaku-perilaku terpuji. Di antara perilaku terpuji yang dapat
menimbulkan tawadu sebagai berikut.
a. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan.
b. Merasa cukup dengan karunia Allah Swt.
c. Menyadari bahwa hanya Allah Swt. yang pantas untuk sombong.
d. Menyadari kelemahan manusia

Hasil, Sejarah, dan Artikel Pemilu Pertama 1955


Hasil, Sejarah, dan Artikel Pemilu Pertama 1955

Semenjak Indonesia menggunakan sistem Kabinet Parlementer keadaan politik
tidak stabil. Partai-partai politik tidak bekerja untuk kepentingan rakyat akan tetapi
hanya untuk kepentingan golongannya saja. Wakil-wakil rakyat yang duduk di
Parlemen merupakan wakil-wakil partai yang saling bertentangan. Keadaan yang
demikian rakyat menginginkan segera dilaksanakan pemilihan umum. Dengan
pemilihan umum diharapkan dapat terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
sehingga dapat memperjuangkan aspirasi rakyat sehingga terbentuk pemerintahan
yang stabil.
Pemilihan Umum merupakan program pemerintah dari setiap kabinet, misalnya
kabinet Alisastroamijoyo I bahkan telah menetapkan tanggal pelaksanaan pemilu.
Akan tetapi Kabinet Ali I tersebut sudah jatuh sebelum melaksanakan Pemilihan
Umum. Akhirnya pesta demokrasi rakyat tersebut baru dapat dilaksanakan pada
masa pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap.
Pelaksanaan Pemilihan Umum sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
Panitia Pemilihan Umum Pusat dilaksanakan dalam dua gelombang, yakni :
1. gelombang I, tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota- anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
2. gelombang II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota- anggota
Konstituante (Badan Pembuat Undang- Undang Dasar).
Suatu pesta demokrasi nasional pertama kali yang diadakan sejak Indonesia
merdeka itu dilakukan oleh lebih dari 39 juta rakyat Indonesia. Mereka mendatangi
tempat-tempat pemungutan suara guna menyalurkan haknya sebagai pemilih. Dalam
pelaksanakannya, Indonesia dibagi dalam 16 daerah pemilihan yang meliputi 208
kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429 desa.
Dalam Pemilihan Umum tersebut diikuti oleh banyak partai politik,
organisasi, dan perorangan pun juga ikut, sehingga DPR terbagi dalam
banyak fraksi di antaranya keluar
sebagai empat besar adalah : (1) Fraksi Masyumi (60 anggota); (2) Fraksi PNI
(58 anggota); (3) Fraksi NU (47 anggota); (4) Fraksi PKI (32
anggota). Seluruh anggota DPR hasil Pemilu I tersebut berjumlah 272
anggota, yaitu dengan perhitungan bahwa seorang anggota DPR mewakili
300.000 orang penduduk. Sedangkan anggota Konstituante berjumlah 542 orang.
Pada tanggal 25 Maret 1956 DPR hasil pemilihan umum dilatik. Sedangkan anggota
konstituante dilantik pada tanggal 10 November 1956.
Pemilihan Umum I tahun 1955 berjalan secara demokratis, aman, dan tertib
sehingga merupakan suatu prestasi yang luar biasa di mana rakyat telah dapat
menyalurkan haknya tanpa adanya paksaan dan ancaman. Walaupun Pemilu berjalan
sukses akan tetapi hasil dari Pemilu tersebut belum dapat memenuhi harapan rakyat
karena masing- masing partai masih mengutamakan kepentingan partainya daripada
untuk kepentingan rakyat. Oleh karena itu pada waktu itu masih mengalami krisis
politik dan berakibat lahirnya Demokrasi Terpimpin.


Penjelasan, Pengertian, dan Jenis-Jenis Seni Grafis



Penjelasan, Pengertian, dan Jenis-Jenis Seni Grafis

Istilah grafis berasal dari bahasa Inggris graph atau
graphic yang berarti membuat tulisan atau gambar dengan
cara ditoreh atau digores. Grafi atau grafis juga bisa
diartikan gambaran nyata. Dengan demikian, seni grafis
adalah karya seni rupa dua dimensi yang proses pembuatannya
melalui teknik cetak.
1. Jenis-jenis seni grafis
Pembagian jenis seni grafis dilakukan berdasarkan
teknik pembuatannya. Bahan dan alat yang dipakai juga
beragam sesuai teknik yang digunakan. Jenis-jenis seni
grafis berdasarkan teknik pembuatannya dapat dibedakan
sebagai berikut.
a. Cetak dalam (intaglio print)
Cetak dalam dibuat dengan bahan cetakan dari alu-
minium yang permukaannya ditoreh hingga menghasilkan goresan yang dalam.
Tinta lalu dituangkan pada bagian yang dalam tersebut. Kertas yang
sudah dibasahi dengan air
lalu diletakkan di atasnya. Tinta akan melekat pada kertas dan terbentuklah
gambar atau tulisan
sesuai yang diharapkan. Alat yang dipakai untuk menoreh dapat berupa
pahat grafis, paku, atau logam runcing.
b. Cetak saring (screen printing)
Proses pembuatan cetak saring biasa disebut teknik sablon.
Proses pembuatan cetak saring melalui tahapan
pembuatan dari bahan screen, yaitu kain yang dilapisi
\bahan peka cahaya. Disebut cetak saring karena tinta
yang terdapat di atas permukaan screen akan tersaring
melalui pori-porinya menembus permukaan kertas
atau media lain yang dikehendaki, misalnya kain dan
benda-benda berpermukaan datar lainnya.
c. Cetak datar
Cetak datar adalah suatu teknik memperbanyak atau
memproduksi suatu gambar atau tulisan dengan menggunakan
media cetakan yang mempunyai permukaan
datar
atau rata. Teknik cetak datar sekarang ini dapat
dijumpai pada sistem mesin cetak dan teknik foto mekanik.
d. Cetak tinggi
Proses pembuatan cetak tinggi menggunakan cetakan
dari bahan yang dicukil sehingga menghasilkan
permukaan tinggi dan rendah (bagian yang menonjol
dan yang tenggelam). Bentuk permukaan tinggi dan
rendah tersebut dinamakan relief.
Dari keempat jenis teknik berkarya membuat cetak grafis
tersebut, yang akan kita pelajari lebih lanjut ialah membuat
cetak tinggi.
2. Membuat cetak tinggi
Pembuatan gambar dengan teknik cetak tinggi dapat
menghasilkan karya yang menarik, yang berbeda dengan
gambar atau lukisan lain yang pernah kamu buat. Proses
pembuatannya cukup mudah.
a. Bahan dan alat
Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan cetak
tinggi adalah acuan cetak (plat klise). Acuan cetak dapat
dibuat dari papan, kayu triplek atau hard board, malam
atau lilin yang telah dibentuk lempengan, dan sabun
batangan.
Alat yang diperlukan untuk membuat cetak tinggi,
yaitu sebagai berikut.
1) Pahat dan pencungkil kayu, digunakan untuk
membentuk gambar pada acuan cetak. Bisa juga
dengan menggunakan pisau cutter, namun harus
dilakukan dengan hati-hati.
2) Tinta cetak, biasa dipakai di percetakan, bentuknya
kental. Bisa juga diganti dengan cat air atau cat
poster dicampur gliserin (bisa dibeli di apotek). Untuk
pencampurannya kira-kira sekental pasta gigi.
3) Rol karet, kertas putih (kertas gambar), dan pensil.
b. Proses pembuatan cetak tinggi
Proses pembuatan cetak tinggi sebagai berikut.
1) Buat sketsa gambar terlebih dulu pada acuan cetak.
2) Cukil dan pahatlah dengan pahat grafis atau pahat
coret. Artinya, bagian yang tidak boleh terkena tinta
dibuang.
3) Ratakan tinta di atas kaca dengan menggunakan rol.
4) Beri tinta pada permukaan acuan cetak dengan
menggunakan rol.
5) Letakkan acuan cetak di atas kertas (posisi cetakan
menghadap ke bawah menempel kertas).
6) Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tekan
permukaan kertas dengan menggunakan rol.
7) Angkat kertas perlahan-lahan dari permukaan acuan
cetak.
8) Hasil karya yang dibuat sudah selesai. Agar tampil

menarik, tempatkan karya tersebut pada pigura

pengertian, penjelasan, dan jenis-jenis kain tenun


jenis-jenis kain tenun
Ada dua jenis kain tenun, yaitu tenun ikat dan tenun
songket. Perbedaan keduanya terletak pada bahan yang
digunakan dan teknik pembuatannya.
a. Tenun ikat
Tenun ikat adalah kain tenun yang pembentukan
ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat bagianbagian
benangnya. Sejarah pembuatan tenun Nusantara
diawali dengan adanya tenun ikat lungsi yang sudah ada sejak
zaman prasejarah. Tenun ikat lungsi adalah
tenun yang teknik pembentukan ragam hiasnya
dibuat dengan cara mengikat benang lungsinya, yaitu benang
yang vertikal. Persebaran tenun ikat lungsi, antara lain
di Toraja, Sulawesi Selatan, Minahasa (Sulawesi Utara),
Batak (Sumatra Utara), Sumba (NTT), Flores, dan di
pedalaman Kalimantan.
Pada perkembangan selanjutnya, dikenal pula pembuatan
tenun dengan teknik ikat pakan (jalur horizontal).
Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun ikat
adalah benang kapas, dapat juga menggunakan benang
sutra alam, seperti pada tenun ikat Nusapenida (Bali)
dan Padang. Tenun ikat ini oleh sebagian masyarakat
lebih dikenal dengan sebutan kain ulos.
b. Tenun songket
Tenun songket atau populer dengan sebutan kain songket
adalah jenis kain tenun yang penciptaannya dimulai
setelah adanya tenun ikat. Teknik pembuatan tenun
songket sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah
dengan adanya teknik pakan tambahan dan lungsi
tambahan. Namun kain songket yang menggunakan
benang emas, benang perak, atau benang sutra mulai
diterapkan semenjak adanya hubungan perdagangan
kerajaan di Sumatera dengan orang-orang asing terutama
dari Cina. Benang sutra yang didapatkan dari luar
diterapkan dalam kain tenun yang kemudian dikenal
dengan sebutan kain songket. Kain songket adalah
kain tenun yang dibuat melalui suatu teknik memberikan
benang tambahan berupa benang emas, benang perak,
atau benang sutra dengan cara dicukit atau disongket.
Pembentukan corak pada tenunan sangat dipengaruhi
oleh bahan-bahan yang digunakan, yang membentuk
desain itu sendiri. Ada desain benang sutra yang
ditempatkan di atas dasar benang kapas. Ada desain
yang terbentuk dari jenis benang yang sama, misalnya
dari sesama benang kapas atau sesama benang sutra,
atau dari jenis benang lainnya. Daerah-daerah tertentu
di Indonesia yang menjadi awal pembuatan songket,
antara lain Palembang (Sumsel), Donggala (Sulteng),

Bugis (Sulsel), dan Bali.

cabang-cabang seni rupa beserta penjelasannya


Artikel Cabang-Cabang Seni Rupa beserta Penjelasannya, Pengertian Seni Patung, Seni Lukis, Seni Grafis, Seni Kriya, dan Seni Desain
Setiap jenis karya seni rupa memiliki bentuk dan ciri
khusus. Menurut cirinya, karya seni rupa dapat dibagi
dalam beberapa cabang, yaitu sebagai berikut.
1. Seni patung
Seni patung merupakan perwujudan ekspresi dan
gagasan ke dalam karya tiga dimensi. Kemajuan seni
patung di Indonesia ditandai sejak zaman Hindu-Buddha
yang diwujudkan dalam bentuk arca dan relief dari
batu. Patung yang berukuran besar sering diwujudkan
sebagai monumen, misalnya patung Garuda Wisnu
Kencana di Bali, patung Selamat Datang di Jakarta,
dan patung-patung bertema perjuangan yang tersebar
di wilayah tanah air. Seni patung dalam ukuran kecil
umumnya terdapat pada benda-benda kerajinan yang
kebanyakan berbahan kayu, batu marmer, dan fiber.
2. Seni lukis
Seni lukis berwujud dua dimensi. Seni lukis biasanya
dibuat di atas media kain kanvas, kertas, dan kaca.
Peralatan yang digunakan untuk menggambar atau
melukis dapat berupa cat minyak (acrylic), cat air, cat
poster, dan sebagainya. Gaya penggambaran dalam
melukis juga sangat beragam, yang dinamakan aliran.
Aliran atau corak dalam seni lukis ini merupakan ciri
khas dan keunikan yang terdapat pada karya-karya
tersebut. Ada aliran realis, naturalis, ekspresionis,
impresionis, abstrak, surealis, maupun romantis. Sejarah
seni lukis di Indonesia dipenuhi para pelukis handal
seperti Raden Saleh (perintis seni lukis Indonesia, yang
hidup pada zaman perang Diponegoro), S. Sudjojono,
Henk Ngantung, Affandi, Basoeki Abdullah, Pirngadi,
dan masih banyak lagi.
3. Seni grafis
Seni grafis adalah seni membuat gambar dengan alat
cetak (klise). Misalnya, sablon (cetak saring), cukil kayu
(cetakan), etsa (pengasahan pada bahan metal), dan
percetakan dengan bahan batu litho.
4. Seni kriya
Seni kriya berwujud dua atau tiga dimensi. Seni kriya
sering disebut sebagai seni kerajinan, yaitu seni yang
dibuat untuk menyajikan kebutuhan hidup sehari-hari.
Tumbuh suburnya seni kriya di tanah air erat kaitannya
dengan nilai komersial. Setiap pengrajin akan membuat
beberapa benda pada setiap jenis seni kriya yang
dibuatnya. Termasuk dalam golongan seni kriya,  antara
lain seni pahat, seni anyam, keramik, batik, dan tenun.
5. Seni desain
Desain dalam pengertian yang sebenarnya adalah suatu
gambar rancangan. Namun pengertian seni desain di
sini penekanannya ialah pada produk yang dihasilkan.
Sejalan dengan perkembangan industrialisasi, seni
desain telah dianggap sebagai cabang seni tersendiri
dalam seni rupa, karena proses, teknik, dan bentuknya
yang juga memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan
perkembangan teknologi modern.
Seni desain terbagi dalam beberapa cabang, namun ada
dua kelompok seni desain yang sudah populer, yaitu
sebagai berikut.
a. Desain Komunikasi Visual (Graphic Design/
Sequential Art)
Perwujudan dari desain komunikasi visual mengarah
ke desain grafis, seperti poster iklan, brosur,
sampul
buku atau majalah, kemasan, logo, undangan,
dan
lain-lain.
b. Desain Produk (Product Design)
Desain produk berwujud peralatan dan benda
kebutuhan sehari-hari. Misalnya, perlengkapan
rumah tangga, alat transportasi, pakaian, perumahan,
peralatan elektronik, dan sebagainya.


Sejarah, Isi, dan Latar Belakang Tritura (Tri Tuntutan Rakyat)


Sejarah, Isi, dan Latar Belakang Tritura (Tri Tuntutan Rakyat)
Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 September segera diketahui oleh
masyarakat bahwa PKI terlibat di dalamnya. Oleh karena itu berbagai elemen
masyarakat melakukan demonstrasi-demonstrasi menuntut kepada pemerintah
untuk membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya. Akan tetapi pemerintah tidak
segera mengambil tindakan yang tegas terhadap PKI yang telah melakukan
pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Apalagi kondisi ekonomi yang
memburuk, harga-harga membumbung tinggi sehingga menambah penderitaan
rakyat. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kesatuan-kesatuan aksi.
 Pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan- kesatuan aksi yang lain, misalnya
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia
(KAPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia
(KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia
(KAGI).
Ketika gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI semakin keras
pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Oleh karena itu pada tanggal 10 Januari
1966 KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam
Front Pancasila mendatangi DPR- GR menuntut Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat
yang terkenal dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Adapun Tri Tuntutan Rakyat itu
adalah sebagai berikut.
a. Pembubaran PKI.
b. Pembersihan kabinet dari unsur-
unsur G 30 S / PKI.
c. Penurunan harga/perbaikan ekono-
mi.
Ketiga tuntutan di atas mengingin-
kan perubahan di bidang politik, yakni
pembubaran PKI beserta ormasormasnya
dan pembersihan kabinet dari
unsur G30 S /PKI. Selain itu juga
keinginan adanya perubahan ekonomi
yakni penurunan harga.

sejarah pemberontakan di/tii dan cara menanggulanginya


Peristiwa DI/TII dan Cara yang Dilakukan Oleh
Pemerintah dalam Penanggulangannya
1. Pemberontakan DI / TII di Jawa Barat
Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa
Barat), Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara
Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat
ditinggal oleh pasukan Siliwangi yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah
dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Perundingan Renville.
Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa
melakukan gerakannya dengan membakar rumah-rumah rakyat, membongkar rel
kereta api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah
pasukan Siliwangi mengadakan long march kembali ke Jawa Barat, gerombolan
DI/TII ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang
lama disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
(1) medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan sehingga sangat
mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
(2) pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat,
(3) pasukan DI /TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain
pemilik-pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
(4) suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya dalam menghadapi aksi
DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan
TNI untuk menumpas gerombolan ini.
Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi
bersama rakyat melakukan operasi “Pagar
Betis” dan operasi “Bratayudha.”  Pada
tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo
beserta para pengawalnya dapat ditangkap
oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
“Bratayudha” di Gunung Geber, daerah
Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM.
Kartosuwiryo oleh Mahkamah Angkatan
Darat dijatuhi hukuman mati sehingga
pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat dapat
dipadamkan.
2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Gerombolan DI/TII ini tidak hanya
di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah
juga muncul pemberontakan yang
didalangi oleh DI/ TII. Pemberontakan
DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan
Amir Fatah yang bergerak di daerah
Brebes, Tegal, dan Pekalongan. dan Moh.
Mahfudh Abdul Rachman (Kiai
Sumolangu).
Untuk menumpas pemberontakan
ini pada bulan Januari 1950 pemerintah
melakukan operasi kilat yang disebut
“Gerakan Banteng Negara” (GBN) di
bawah Letnan Kolonel Sarbini (selanjut-nya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan
kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan “Banteng
Raiders.”
Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupa-kan
bagian dari DI/ TII, yakni dilakukan oleh “Angkatan Umat Islam (AUI)” yang
dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat”
atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu
kurang lebih tiga bulan
Pemberontakan DI/TII juga terjadi di
daerah Kudus dan Magelang yang
dilakukan oleh Batalyon 426 yang
bergabung dengan DI/TII pada bulan
Desember 1951. Untuk menumpas
pemberontakan ini pemerintah melakukan
“Operasi Merdeka Timur” yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo.
Pada awal tahun 1952 kekuatan
Batalyon pemberontak terrsebut dapat
dihancurkan dan sisa- sisanya melarikan
diri ke Jawa Barat dan ke daerah GBN.
3. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Gerombolan DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin
oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di
Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950
diturunkan dari daerah istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatera
Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu menjabat
sebagai gubernur militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara
Islam Indonesia di bawah pimpinan SM. Kartosuwiryo.
Dalam menghadapi pemberontakan DI/ TII
di Aceh ini  semula pemerintah menggunakan
kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa
Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer I/
Iskandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember
1962 diselenggarakan “Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh” yang mendapat dukungan tokoh-
tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan
DI/ TII di Aceh dapat dipadamkan.
4. Pemberontakan DI / TII di Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh
Kahar Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada
pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi
Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang RIS (APRIS). Tuntutan ini ditolak
karena harus melalui penyaringan.
Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar
Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan
tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta
anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi
dengan melakukan teror terhadap rakyat.
Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi
Selatan ini pemerintah melakukan operasi militer. Baru pada
bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan
ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi
dapat dipadamkan.
5. Pemberontakan DI /TII di Kalimantan Selatan
Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga
melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan
yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak
melakukan pengacauan dengan menyerang pospos
kesatuan TNI. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII
tersebut pemerintah pada mulanya melakukan
pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi
kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima
menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah,
akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya
pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga
pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh
anggota gerombolannya tertangkap dan dimusnahkan.

Pengertian dan Jenis-Jenis Canting


Pengertian dan Jenis-Jenis/Macam-Macam Canting
Canting, merupakan alat yang digunakan menulis
dengan menggunakan lilin untuk membuat motifmotif
hias yang diinginkan. Canting terbuat dari
tembaga,
sifatnya ringan, mudah lentur, dan kuat
meski
tipis. Bagian-bagian dari canting, yaitu gagang
terong,
nyamplung, dan carat atau cucuk.
Menurut fungsinya, canting terdiri atas canting
reng-rengan (untuk batikan pertama kali sesuai
dengan polanya) dan canting isen (untuk mengisi
bidang batik). Menurut ukurannya, canting terdiri
atas canting kecil, canting sedang, dan canting
besar. Menurut jumlahnya, carat canting terdiri atas
canting bercucuk satu (canting cecekan), canting
bercucuk dua (canting laron), dan canting bercucuk
tiga (canting telon).

Bahan dan Alat untuk Membuat Batik


Bahan dan Alat untuk Membuat Batik
Untuk membuat batik tulis, secara tradisional bahan
dan peralatan yang digunakan tidak mengalami perubahan
dari dulu hingga sekarang.
a. Bahan untuk membuat batik
Bahan yang digunakan untuk membatik antara lain
sebagai berikut.
1) Kain mori atau kain sutra
Kualitas kain mori sangat beragam. Jenis kain
mori sangat menentukan kualitas kain batik
yang dihasilkan.
2) Lilin atau malam
Kualitas lilin juga beragam. Lilin ada yang
dibuat dari bahan kimiawi (buatan pabrik),
ada juga yang dibuat dari bahan alami. Lilin
putih, lilin kuning, dan lilin hitam merupakan
jenis lilin yang berasal dari pabrik, sedangkan
lilin tawon dan lilin klanceng terbuat dari
sarang lebah. Lilin gondorukem dan lilin
kaplak merupakan bahan campuran lilin.
3) Zat pewarna
Zat pewarna ada yang terbuat dari bahan kimiawi
dan ada yang terbuat dari bahan alami. Sekarang
ini yang digunakan untuk membatik adalah
pewarna yang berasal dari bahan kimiawi, yaitu
naphtol dan garam. Pewarna ini berbentuk serbuk
yang dapat larut dalam air dingin. Aturan penggunaan
naphtol
dan
garam disesuaikan kebutuhan.
Cara membuat larutan pewarna batik
Sediakan dua wadah dengan komposisi sebagai
berikut.
 - Naphtol 2 g + soda api 1 g + TRO 1 g + 1 liter air
panas
 - Garam 6 g + 1 liter air dingin
Jenis-jenis naphtol ditandai dengan kode huruf.
Garam pewarna juga bermacam-macam (Lihat
diagram pada Tabel 2.1). Paduan naphtol dan
garam yang berbeda akan menghasilkan warna
yang berbeda pula. AS-G menghasilkan warna muda.
Seterusnya warna semakin tua sampai AS-LB yang
menghasilkan warna paling tua (mulai dari kuningjingga-merah-cokelat).
b. Alat untuk membuat batik
Peralatan yang digunakan untuk membatik antara lain
sebagai berikut.
1) Canting, merupakan alat yang digunakan menulis
dengan menggunakan lilin untuk membuat motifmotif
hias yang diinginkan. Canting terbuat dari
tembaga,
sifatnya ringan, mudah lentur, dan kuat
meski
tipis. Bagian-bagian dari canting, yaitu gagang
terong,
nyamplung, dan carat atau cucuk.
Menurut fungsinya, canting terdiri atas canting
reng-rengan (untuk batikan pertama kali sesuai
dengan polanya) dan canting isen (untuk mengisi
bidang batik). Menurut ukurannya, canting terdiri
atas canting kecil, canting sedang, dan canting
besar. Menurut jumlahnya, carat canting terdiri atas
canting bercucuk satu (canting cecekan), canting
bercucuk dua (canting laron), dan canting bercucuk
tiga (canting telon).
2) Wajan dan kompor, berfungsi untuk proses mencairkan
lilin. Selain kompor, biasanya juga menggunakan
pemanas lain berupa anglo.
3) Gawangan atau tiang penyangga, untuk membentangkan
kain, terbuat dari bambu atau kayu.
4) Panci besar dan setrika, berguna untuk proses
pelarutan lilin dan menghilangkan lilin yang
melekat pada kain.
5) Saringan, alat ini digunakan untuk menyaring malam
yang telah dicairkan melalui proses pemanasan.
Perlengkapan-perlengkapan lain yang mendukung
proses kerja adalah tempat duduk pendek, kain
pelindung paha, bandul untuk penahan kain agar tidak
bergeser, dan sarung tangan untuk melindungi tangan
pada saat proses pewarnaan. 
class='blog-feeds'