Industri
Pengolahan Udang Hentikan Produksi
Sebanyak
20 industri pengolahan udang
di
Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan
menghentikan
produksi. Langkah itu
dilakukan
karena sejak akhir tahun 2004, ke20
industri
tersebut makin kesulitan
mendapatkan
bahan
baku. Akibatnya, sekitar
7.999
pekerja
telah kehilangan pekerjaan.
“Saat
ini industri pengolahan udang
nasional
telah berada di ambang kehancuran.
Industri
yang masih bertahan pun suplai bahan
baku
maksimal 23 persen dari kapasitas
terpasang.
Sementara usaha budi daya di
mana-mana
gagal, penangkapan tidak
berhasil,
lalu impor pun dilarang,” kata Ketua
Umum
Komisi Udang Indonesia (KUI) Shidiq
Moeslim
di Jakarta, Rabu (16/3).
Kondisi
terkini industri pengolahan
udang
itu diperoleh setelah KUI melakukan
verifikasi
terhadap semua usaha udang mulai
dari
hulu hingga hilir sejak 1 Februari 2005.
Verifikasi itu dilakukan di Sumatra
Utara,
Lampung,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa
Barat,
Kalimantan Timur, dan Sulawesi
Selatan.
Kegiatan tersebut masih dilanjutkan
di
provinsi lain.
Induk
Berkualitas Rendah
Menurut
Shidiq, industri pengolahan
udang
yang beroperasi di Sumatra Utara pada
awal
tahun 2005 masih 15 unit dengan
jumlah
pekerja 3.600 orang. Total kapasitas
terpasang
sebanyak 8.500 ton per tahun.
Namun,
sejak awal 2005, industri yang
masih
beroperasi hanya delapan unit dengan
tenaga
kerja sebanyak 1.950 orang. Kapasitas
terpasang
dari kedelapan industri tersebut
sebesar
5.000 ton per tahun, tetapi yang
disuplai
maksimal 500 ton.
Sementara
itu, di Sulawesi Selatan pada
awal
2004 beroperasi 20 industri pengolahan
udang
dengan pekerja sebanyak 7.900 orang.
Kapasitas
terpasang 12.000 ton per tahun.
Akan tetapi, sejak pertengahan
tahun 2004,
banyak
industri pengolahan udang di
Sulawesi
Selatan menghentikan produksi.
Akibatnya,
pada awal tahun 2005 tersisa
tujuh
perusahaan. Total kapasitas terpasang
4.000
ton per tahun dan pasokan bahan baku
hanya
23,5 persen.
“Terus
terang akar persoalannya adalah
budi
daya udang tidak pernah ditata dan
dibenahi
secara optimal. Induk yang tersedia
selalu
berkualitas buruk sehingga
menghasilkan
benih yang juga bermutu
rendah.
Benih itu kemudian ditebarkan ke
dalam
tambak yang tidak dikelola secara baik.
Akibatnya,
kualitas mutu dan kuantitas
(jumlah)
produksi udang pun rendah,”
tegasnya.
“Jadi,
sudah saatnya dibenahi secara total
sistem
budi daya udang nasional.
Pemerintah
jangan
hanya melarang impor,
tetapi
harus
memberikan solusi (jalan keluar)
alternatif,”
ujar
Shidiq.
Ia juga mengaku kecewa terhadap
pemerintah
yang tidak pernah mendirikan
sentra
induk. Padahal, induk merupakan kunci
utama
dalam usaha budi daya udang.
Akibatnya,
100 persen induk udang diimpor.
Sementara
itu, Direktur Jendral Perikanan
Budi
Daya Departemen Kelautan dan Perikanan
Fatuchri
Sukadi juga mengkhawatirkan
benih
udang
yang akhir-akhir ini begitu
mudah
diproduksi
menyusul makin
banyaknya
permintaan.
Mudahnya
memproduksi
induk
lokal tanpa mengikuti
kaidah
yang
benar dan ketat hasilnya dapat
membuat
induk
kerdil dan prematur.
Selain
itu, mutu telur pun yang tidak
baik
akan mengakibatkan mutu benur
menurun.
Pertumbuhan benur pun lambat
dan
tidak seragam. ”Daya tahan tubuh benur
pun
merosot dan selalu sensitif terhadap
setiap
perubahan serta perkembangan
lingkungan,” ujar Fatuchri.
Contoh pendapat
1. Menyikapi
persoalan sebagaimana terungkap dalam
wacana di atas,
saya sangat merasa menyayangkan jika
kejadian tersebut
akan berlarut dalam jangka waktu yang
lama. Menurut saya,
hal tersebut perlu segera diupayakan
penanganan yang
serius sebelum menimbulkan dampak
yang lebih buruk
dan merugikan.
2. Berkaitan dengan
permasalahan yang ada, saya berpendapat
bahwa penanganan
awal yang perlu diupayakan
adalah
mengondisikan para
pekerja agar tidak menganggur
sehingga mereka
tetap mendapatkan pemasukan sebagai
biaya hidup.
Penanganan selanjutnya adalah upaya
membangkitkan
kembali dengan memberikan bantuan
kepada pengelola
industri tersebut, baik berupa finansial,
perlengkapan, maupun motivasi moral.
Contoh Saran
1. Sebagai salah
satu cara menangani kesenjangan antara
kebijakan
pemerintah yang dianggap kurang
menguntungkan oleh
para pengelola industri, alangkah
baiknya diadakan
dialog antara pemerintah dengan pihak
pengelola industri
untuk mendapatkan titik temu dan solusi.
Tanpa adanya upaya
menemukan kedua pihak, akan sangat
sulit memecahkan
persoalan tersebut. Hal ini disebabkan
persoalan tersebut
merupakan persoalan penting dalam
lingkup nasional.
2. Pendirian sentra
induk serta kelengkapan hal yang
melingkupinya
sebaiknya menjadi prioritas yang harus
diupayakan, baik
oleh pemerintah maupun para pengelola
industri. Hal ini
mengingat akar munculnya persoalan
tersebut sebagai
akibat minimnya bahan baku, dalam hal
ini induk sebagai kunci dalam pembudidayaan udang.
Contoh Saran dan Pendapat suatu bacaan
9out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Terimakasih telah Berkunjung dan Semoga Bermanfaat..
Tetap Update dan Dukung Saya Berbagi dengan
⇧⇧⇧ klik Tombol LIKE DI ATAS ⇧⇧⇧
☺☺☺ TERIMAKASIH ☺☺☺
BACA JUGA !!!!
No comments:
Post a Comment