Contoh resensi buku ilmu pengetahuan
Judul : Agar
Menulis-Mengarang Bisa Gampang
Pengarang : Andrias
Harefa
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2002
Halaman : i-xi + 103 halaman
“Dapatkah
Anda mengatakan pada diri
Anda
sendiri bahwa saya pasti dapat mengarang,
sebab
mengarang adalah keterampilan
sekolah
dasar”.
Kata ini begitu “menusuk
hati”
Andrias
Harefa. Dia mengklaim dirinya
sebagai
manusia
pembelajar ini adalah
“lulusan”
drop
out (dikeluarkan sebelum
lulus)
Fakultas Hukum UGM, tahun 1987.
Saat
itu dia lebih memilih menerbitkan media-media
alternatif-kreatif
SAKSI. Kemudian
seterusnya
bekerja
membidani kelahiran
majalah
ANTUSIAS,
penerbitan khusus untuk
alumni
Dale
Carnegie
Training
di Indonesia.
Setelah
selama 7 tahun dia memegang
lisensi
(perizinan) instruktur Dale Carnegie
Training,
dia juga merangkap HRD Consultan
PT
Dasindo Media. Saat badai krisis menerpa,
kondisi
tersebut membuatnya “beralih”
profesi
menjadi manusia yang ingin terus
belajar.
Semenjak itulah sampai 4 tahun
kurang
ini, proses pembelajaran itu ditumpahkannya
ke
dalam 19 buku, termasuk buku
“Agar
Menulis-Mengarang
Bisa Gampang,
yang
beberapa
di antaranya best
seller.
Situs
pembelajar.com merupakan simbol
kecintaan
yang diluncurkan tepat pada hari
kasih
sayang, 14 Februari 2001. Situs tersebut
adalah
tempat menorehkan pertanda cinta dan
persembahan
cintanya kepada bangsa.
Baginya,
saya sedang mengekspresikan rasa
cinta
yang tumbuh di hati saya (h.20). Dalam
bagian
keempat dari buku ini, dia mengatakan
bahwa
sumber ilham bagi para calon penulispengarang
adalah
cinta. Tanpa cinta tulisan
akan
serasa
hambar dan kering.
Lebih
lanjut ia mengatakan bahwa cinta
membuat
orang menjadi sensitif, peka
terhadap
apa yang di sekitarnya. Dengan
demikian,
hatinya “mudah digerakkan”.
Ketika
“gerakan hati”ini dipadukan dengan
wawasan
dan pengetahuan atau sikap rasional
(h.13-16),
lahirlah ide-ide dan gagasangagasan.
Ditambah
dengan “keterampilan
tingkat
sekolah
dasar”, jadilah karangan, apa
pun
bentuknya
(h.21).
Menulis
dan mengarang memang
pekerjaan
yang mudah. Setidaknya uraian 17
subjudul
buku ini menggambarkan dengan
bahasa
yang populer sehingga mudah
ditangkap
oleh siapa pun yang membacanya.
Buku
yang merupakan “kritik” atas
“Mengarang
Itu Gampang”, karya Arswendo
Atmowiloto,
dibuat justru dari susun akhir
sistematika.
Sesuatu yang tidak lazim dalam
soal
karang-mengarang. Baginya soal
“memulai”adalah
begin with the end in mind
(mulai
dengan pikiran akhir), mulailah dengan
memikirkan
hasil akhirnya. Hal ini sebagai
mana
kutipan yang dia ambil dari hasil studi
doktoral
penulis best seller “7 Kebiasaan
Efektif”,
Stephen R. Covey (h.92).
Kisah
lain yang diungkap buku “praktis”
ini
adalah soal: Supernova. Siapa yang tidak
tahu
buku ini? Buku yang dikarang oleh
penulis
“pemula” sekaligus artis-penyanyi
Trio
Rida Sita Dewi (RSD), Dewi alias Dee
sampai
saat ini laku terjual lebih dari 30.000
eksemplar.
Untuk itulah “proses” yang
dilakukannya
menjadi pembelajaran yang
berharga
bagi orang yang mempunyai minat
menulis.
Sebuah kisah idealis dari penulis
yang tidak ingin dan “takut”
tulisannya diedit
oleh
para pakar ini, mengerjakan, mencetak,
menerbitkan,
dan mendistribusikan sendiri
novelnya
lewat Truedee Books, dan
“kepuasan”
itu akhirnya mampu dicapainya.
Mengarang
bisa gampang jika ada
komitmen,
janji pada diri sendiri. Komitmen
itu
diniati untuk benar-benar ditepati. Apabila
janji
dibiarkan tinggal janji, mungkin lebih
baik
jadi politisi. Komitmen, inilah satu lagi
kata
kunci agar proses menulis dan mengarang
menjadi
mudah.
Apa
yang disebut komitmen tersebut
adalah
janji pada diri sendiri bahwa saya
akan
menjadi penulis. Jadi, menulis itu
bukan
perlu bakat, sebab bakat tidak lebih
dari
“minat dan ambisi yang terus-menerus
berkembang”.
Jadi, jika “bakat” bermakna
demikian,
maka segala sesuatu memerlukan
bakat,
tidak cuma dalam soal tulis-menulis.
Masalahnya
kemudian, bagaimana agar
ambisi
tersebut terus dipelihara sampai waktu
yang
lama? Jawabnya komitmen pada diri
sendiri
(h.45).
Buku
ini ditulis dengan “sekenanya” tapi
bermutu
(?) dan memenuhi selera “pasar”.
Buku
ini memuat ragam cara agar siapa pun
dapat
menulis-mengarang. Hal yang penting
tahu
bagaimana memicu ide, paham tiga N
(Niteni,
Nirokke, Nambahi atau memerhatikan,
menirukan,
menambahkan).
Semua
ini harus selalu berproses lewat
membaca
sebagai “makanan” pengarang dan
mampu
memilih dan memilah topik. Selain
itu
juga harus mampu mengasah judul yang
memikat
dan merangsang pembaca-penerbit,
redaktur
opini, serta perlu tahu tempat atau
situasi
dan aktivitas yang dapat memicu ide
kreatif.
Ada lagi yang penting bahwa kita
tampaknya
perlu tahu di zaman knowledge
economy
seorang penulis akan “makin
dihargai”.
Dengan demikian, kita tidak takut
dan
ragu, sebab menulis dan mengarang dapat
menopang
hidup (?).
Dalam
buku yang disertai dengan
ilustrasi
bergambar ini mempermudah
pembaca
untuk segera memahami maksud isi
buku.
Buku ini juga menguraikan kisah-kisah
penulis seperti si “teolog
inklusif”, Sukidi,
new
ager Anand Krisna, esais Goenawan
Muhammad,
novelis S. Mara G.D., pelopor
sastra
dakwah kontemporer, Helvy Tiana
Rosa,
si “Sophy” atau “Hiper.”, Yasraf Amir
Piliang,
Emha Ainun Nadjib, dan tidak lupa
kisah
pribadi Andrias Harefa dalam menapak
kariernya
hingga sukses menjadi penulis
beberapa
buku best seller.
Akhirnya,
buku yang meski cukup
“mahal”
semoga mampu mendorong lahirnya
penulis-pengarang baru.
Penulis-pengarang
tersebut
memang sangat dinantikan untuk
mengisi
dan memberi makna terhadap ide
tentang
Indonesia baru. Sebab: menulismengarang
itu
memang gampang, setidaknya
resensi
ini membuktikannya.
Contoh resensi buku ilmu pengetahuan
9out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Terimakasih telah Berkunjung dan Semoga Bermanfaat..
Tetap Update dan Dukung Saya Berbagi dengan
⇧⇧⇧ klik Tombol LIKE DI ATAS ⇧⇧⇧
☺☺☺ TERIMAKASIH ☺☺☺
BACA JUGA !!!!
No comments:
Post a Comment