Artikel Pengertian Zuhud dan Tawakal





Pengertian Zuhud dan Tawakal
A. Zuhud
Sikap zuhud merupakan salah satu sikap mulia yang diajarkan
oleh Islam. Zuhud mengandung arti melepaskan diri dari
keterikatan kepada dunia atau melepaskan diri dari diperbudak oleh
dunia. Dengan demikian zuhud bukan berarti melepaskan diri
terhadap kebutuhan dunia, karena hidup tidak dapat dipisahkan
dengan kebutuhan. Namun, janganlah menganggap bahwa dunia
adalah segala-galanya, sehingga lupa akhirat.
Orang yang zuhud disebut zahid. Sikap zuhud penting bagi
setiap muslim. Setan selalu membisikkan agar semakin banyak
yang didapat manusia, maka semakin banyak pula keinginanya
terhadap yang lain. Setan menghendaki agar manusia menjadi
makhluk yang serakah atau tamak.
Kebalikan dari sikap zuhud adalah sifat materialistis materi,
dunia, dan harta benda adalah segala-galanya. Orang yang yang
memiliki sifat materialistis artinya mempertimbangkan segala
sesuatu hanya dari segi materi. Mereka menilai orang lain dengan
ukuran materi, menilai diri sendiri juga dengan materi.
Kebanyakan orang, karena terdorong nafsu setan maka
kehidupanya hanya disibukkan untuk mencari kepuasan dunia.
Bahkan terkadang banyak orang menjadi lupa terhadap dirinya
sendiri karena mengejar dan mencari kebutuhan hidup dan
mendewakan harta atau materi.
Pola hidup materialistis juga merupakan dampak atau pengaruh
dari budaya dan pemikiran negeri barat. Mereka menganggap bahwa
ukuran kehidupan adalah materi artinya, keberhasilan seseorang
hanya diukur seberapa banyak materi yang diperolehnya. Mereka
tidak peduli ajaran Islam dan aturan-aturan hukum
Ajaran Islam tidak membenarkan kehidupan seseorang lebih
cenderung kepada materi dunia, sehingga mengabaikan kehidupan
akhirat, Allah swt., dan Rasul-Nya. Nilai-nilai ajaran agama
dilecehkan dan berakibat pula kepada penderitaan orang lain.
Sebaliknya, Islam lebih menekankan terhadap pentingnya
kehidupan akhirat. Materi atau harta yang dimiliki merupakan rizki
dan karunia dari Allah swt. yang dipergunakan untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah swt. dan Rasulnya
mengajarkan kita untuk membuat keseimbangan antara kedua
kehidupan, yaitu dunia dan akhirat. Banyak orang memusatkan segala perhatiannya kepada
kehidupan duniawi semata, menikmati kesenangan, dan kelezatan
dunia sebagai pemuas nafsu. Pada akhirnya mereka menganggap
tidak ada lagi akhirat dan tidak akan ada pertemuan dengan
Allah swt. untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatannya
selama di dunia. Orang yang tidak percaya kepada
pertemuanya dengan Allah swt, akan
selalu berbuat dosa melakukan penjarahan. Misalnya, harta negara, penipuan,
pemerasan, berjudi, mabuk-mabukan/
narkoba, berzina, perusakan lingkungan.
Mereka menghalalkan segala cara dalam
setiap perbuatannya. Orang yang tidak percaya kepada
pertemuannya dengan Allah swt. cenderung kikir, bakhil, dan pelit dalam
harta. Apapun uang akan menyumbang, ia lihat dari segi kemanfaatan bagi
dirinya. Sekecil apapun yang ia keluarkan ia melihatnya dari status
sosialnya. Semakin banyak orang mengagung-agungkanya
semakin besar sumbangannya. Orang-orang kafir tidak pernah menerapkan sifat zuhud.
Tujuan hidup mereka hanyalah bersenang-senang menikmati
kehidupan dunia sampai akhir kehidupanya dan mereka makan
layaknya binatang. Maksudnya, orang kafir itu mempunyai tujuh usus (perut)
sebagai kinayah atau sindiran, bahwa mereka adalah orang-orang
yang rakus. Dengan demikian, zuhud bukan berarti tidak butuh dunia. Akan
tetapi lebih menekan kepada hasrat menjauhkan diri dari kesenangan
dunia untuk mencapai kesenangan akhirat. Karunia yang
berlimpah, dijadikan sarana untuk beribadah, berderma, bersedekah,
zakat, membahagiakan keluarga, berbagi dengan orang lain, dan
tujuan-tujuan mulia yang lain.
Zuhud bukan berarti harus hidup miskin. Orang kaya dapat
menerapkan zuhud dengan meyakini bahwa harta yang dimiliki
merupakan karunia dari Allah swt. Rejeki itu dipergunakan untuk
mencapai ridha Allah swt. tidak untuk berfoya-foya. Demikian pula
dengan orang yang hidup miskin juga dapat menerapkan zuhud.
Mereka meyakini bahwa seberapapun rejeki yang didapat semua
itu merupakan karunia Allah swt. yang harus disyukuri. Orang
yang zuhud meyakini bahwa kebahagiaan di akhirat jauh lebih
berarti dibandingkan dengan gemerlap dunia yang hanya
sementara.

B. Tawakal
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah swt. atas hasil
usaha kita setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdo’a.
Misalnya, akan menghadapi ulangan kamu sudah belajar dengan
sungguh-sungguh dan mengerjakan soal-soal dengan cermat dan
teliti. Setelah itu, kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas
hasil usaha kamu kepada Allah swt. Contoh lain setelah seseorang
bekerja mencari nafkah dengan sungguh-sungguh, hasilnya
diserahkan kepada Allah swt. yang Maha Pemberi Rizki, Maha
Pemurah, dan Maha Kaya.
Kepribadian tawakal ini merupakan salah satu akhlak terpuji.
Sikap tawakal merupakan awal yang baik. Seandainya hasil yang
diperoleh tidak memuaskan maka dapat diterima dengan lapang
dada dan penuh kesabaran. Sebaliknya, jika hasil yang diterima
sangat memuaskan maka kita tidak merasa sombong dan angkuh,
karena hal itu semata-mata karunia dari Allah swt.
Ingat! Manusia hanya berkewajiban untuk berusaha.
Sedangkan keputusan sepenuhnya di tangan Allah swt yang
memiliki sifat wajib Maha Berkehendak (iradah) dan Maha Kuasa.

No comments:

Post a Comment