contoh cerpen mudah dan singkat






Wirley dan Mijeni
Oleh Dwiha

layarnya juga belum dirampungkan. Wirley sudah
terpekur di kursinya. Ia lelap karena lelah yang luar
biasa. Ia tertidur dengan posisi duduk yang bisa
membuat tubuh pegal-pegal ketika terbangun. Raut
muka Wirley tampak tegang, tapi matanya sudah
terkatup rapat. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali.
Ia seperti berubah menjadi patung.
Sementara itu, istrinya hanya termangu di depan
pintu kamar tidur. Ia terharu menyaksikan suaminya
yang giat bekerja sampai larut. Istri-istri selain dia

tentu akan mengeluh kurang perhatian atau justru cemburu pada pekerjaan
suami yang sebenarnya adalah sumber nafkah bagi dirinya sendiri. Mijeni,
istri Wirley, seorang Jawa tulen yang masih memiliki sikap nrimo ing pandum
(menerima dengan ikhlas apa yang ia dapatkan). Wirley yang perantauan
itu sering kali merasa bangga dengan sikap nrimo istrinya. Mijeni tak pernah
mengeluh atau bahkan menuntut tentang uang belanja harian yang tak
mencukupi, tentang pekerjaan Wirley yang belum mapan, dan juga tentang
kesepian tak berujung karena malam-malam Wirley yang berakhir di meja
komputer. Namun, sering kali pula ia merasa kecut dan kerdil di hadapan
istrinya. Wirley menyadari bahwa dirinya tak becus menjadi kepala rumah
tangga, menyadari keadaan ekonomi keluarga yang belum membaik, juga
sikap lemah lembut Mijeni yang tahan pada penderitaan. Kadang Wirley
merasa kasihan kepada istrinya itu, kadang ia merasa beruntung
memperistri Mijeni, kadang ia juga menyumpah mengapa Mijeni begitu
bodoh bersedia bersuamikan dia.
Mijeni tidur sendirian di dalam kamar setelah mematikan komputer.
Ia membiarkan pintu kamar terbuka sehingga suaminya bisa masuk kapan
saja seandainya tiba-tiba terbangun. Beberapa waktu lamanya mata Mijeni
belum bisa terpejam. Pikirannya melayang pada lumbung beras yang kian
menipis isinya. Beras melangit harganya. Mijeni tak pernah bisa mengerti,
tetapi selalu bisa memaklumi tentang harga beras. Wirley suaminya pernah
menjelaskan perihal hasil diskusinya dengan beberapa kawan tentang beras,
tetapi Mijeni tetap tak bisa memahaminya.
Awal tahun ini harga beras melambung tinggi. Stok beras dikhawatirkan
tidak mencukupi. Pemerintah mengimpor beras dari Vietnam. Padahal,
berita di radio menyebutkan bahwa Departemen Pertanian memberi
laporan produksi beras surplus sekian ton. Lalu, mengapa harus impor
beras? Mengapa harga beras begitu tinggi ? Menggapai pula harus makan
nasi?
Mijeni tak mampu memecahkan teka-teki serumit itu. Ia hanya tahu
suaminya mudah merasa lapar dan ia harus menyiapkan makanan. Ia sendiri
selalu makan dengan porsi yang sedikit. Mijeni membawa perkara itu ke
dalam tidurnya. Ia bermimpi menjelma Dewi Sri yang menangis
menyaksikan para petani padi tidak makan nasi dari beras hasil jerih
payahnya. Daripada beras dibikin nasi mending dijual buat beli pupuk.
Petani menerima dengan ikhlas makan umbi agar pemerintah tidak
khawatir cadangan makanan pokok habis atau agar produksi beras surplus
dan bisa diekspor.
“Mijeni !!!”
Mijeni terbangun oleh teriakan Wirley dari luar kamar. Tergesa-gesa ia
menghampir suaminya.
“Siapa yang mematikan komputer?” tanya Wirley.
“Aku mencabut stop kontaknya.” Mijeni menjawab gugup.
“Tulisan di dalamnya berharga ratusan ribu, aku belum menyimpannya,
dan kau mematikan komputernya.” Wirley geram. Mijeni sangat merasa
seakan-akan ia telah menghilangkan benda suaminya.
“Maafkan aku!” Mijeni mengiba.
“Maaf? Otakku terbatas dan kau seenaknya minta maaf ? Naskah itu
seharga ratusan ribu.” Wirley putus asa, “ Ini salahmu !” tuduhnya, “Aku
tak bisa menggajimu seminggu ini.” Lanjutnya.
Beberapa hari lumbung beras Mijeni benar-benar kosong. Wirley tak
mau tahu dan terus-menerus menyiksa perasaan Mijeni dengan rasa

sehingga membuat perutnya melilit. Sekali lagi Mijeni terharu oleh
ketidakberdayaan suaminya melawan nafsu makannya sendiri.
Mijeni lantas memberanikan diri untuk ngutang beras di toko Babah
Liong. Babah Liong marah-marah dan tidak mengizinkannya. Mijeni pulang
ke rumah dengan rasa kecewa dan rasa bersalah yang berlipat-lipat. Ketika
ia melihat wajah tak berdaya suaminya, terbersit keinginannya untuk
mencuri beras saat Babah Liong tidak ada di toko. Maka terjadilah, pada
waktu Babah Liong meninggalkan toko, hanya ada seorang penjaga, suasana
sudah sepi, Mijeni bermaksud melaksanakan niatnya.
Mijeni mengendap-endap menuju gudang beras. Namun, Mijeni bukan
pencuri, jadi ia tidak pandai mencuri. Ia ketakutan dan gugup. Tangannya
gemetar saat menyentuh plastik-plastik beras Babah Liong. Mijeni kurang
cekatan sehingga beberapa kantong plastik beras terjatuh dan beras
berceceran. Penjaga toko itu memergokinya, kontan Mijeni lari terbiritbirit.
Penjaga toko berteriak kesetanan.
“Maling ... maling !!!”
Penjaga toko lari mengejar. Teriakannya membuat orang-orang di
sekitar toko ikut mengejar. Sambil terus berlari seseorang bertanya kepada
penjaga toko,
“Maling itu mencuri apa ?”
“Beras! Tadi ia di gudang beras,” jawab penjaga toko.
“Tapi dia tidak membawa apa-apa,” seseorang berkata lagi.
“Ia tetap harus ditangkap untuk mengetahui motifnya berada di gudang
beras, mungkin saja ia menaruh bom,” penjaga toko berprasangka.
“Kau yakin ia membawa bom?”
“Tentu!”
“Kau benar-benar yakin?” desak seorang itu.
“Bukankah segala hal mungkin.” ragu-ragu penjaga toko menjawab.
Belum sempat seseorang itu bertanya lagi, terdengar letupan dari gudang
beras Babah Liong. Gudang beras itu terbakar. Secepat kilat seseorang itu
mengeluarkan pistol dari balik bajunya, lalu berlari lebih cepat
meninggalkan orang-orang dan penjaga toko yang ternyata bisa tertinggal
jauh oleh Mijeni. Seseorang itu mengarahkan moncong pistol kepada Mijeni.
Secara mengejutkan, Mijeni merasakan benda asing menembus bahunya
meskipun ia sadar bahwa dengan cara apa pun maut telah menjemput.
Wajah Wirley melintas-lintas dalam pikirannya, Wirley yang kelaparan,
Wirley yang tak berdaya, Wirley yang menyedihkan, Wirley yang malang,
Wirley yang tersayang. Pandangan matanya yang kian buram kini menjadi
benar-benar gelap. Mijeni roboh bersimbah darah.
Keesokan paginya Wirley membaca koran setempat yang memberitakan
bahwa seorang perempuan berinsial Mj, yang diduga kuat terkait jaringan
teroris tewas ditembak polisi setelah meledakkan gudang beras Babah Liong.
Kerugian yang diderita Babah Liong diperkirakan mencapai sekian ratus
juta dan ditutup oleh pihak asuransi. Ia bergegas pulang ke rumah dari
tempat rentalan untuk minum kopi dan menceritakan peristiwa tersebut
kepada Mijeni.
Sumber: Solo Pos, Oktober 2006


contoh cerpen mudah dan singkat 9out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

Terimakasih telah Berkunjung dan Semoga Bermanfaat..


Tetap Update dan Dukung Saya Berbagi dengan
⇧⇧⇧ klik Tombol LIKE DI ATAS ⇧⇧⇧
☺☺☺ TERIMAKASIH ☺☺☺

BACA JUGA !!!!

1 comment:

  1. informasi dalam blog ini sangat bermanfaat, isinya sangat inovatif dan kreatif. saya baru menemukan jawaban dari unek-unek yang selama ini membuat saya bingung. makasih ya informasinya!!

    ReplyDelete